Rabu, 25 Mei 2011

Bisnis Snack


Mengapa Bisnis Snack Laku Keras?
KOMPAS.com - Berbisnis makanan adalah salah satu cara cepat meraih keuntungan berlipat. Salah satu jenis yang layak Anda coba adalah berbisnis camilan, alias snack. Bentuk camilan yang bisa dijual sangat beragam. Tetapi intinya, "Yang dinamakan snack adalah makanan di luar makanan utama," ujar Pietra Sarosa, konsultan keuangan dari Sarosa Consulting Group.
Mengapa bisnis makanan ringan bisa menguntungkan? Berikut beberapa alasannya:
Pangsa pasar sangat besar. Saat ini terdapat banyak produsen snack dan jumlahnya bertambah terus. Kunci kesuksesan bisnis ini adalah jumlah konsumen yang sangat besar. "Jumlah penduduk di Indonesia sudah banyak, dan akan bertambah terus. Merekalah pelanggan potensial kita," tutur Pietro.
Penyuka snack datang dari berbagai kalangan. Ada anak-anak, orang dewasa, laki-laki, dan perempuan. Di samping itu, semua orang dari kalangan atas sampai bawah menyukaisnack.
Pietra menjelaskan, sebenarnya tidak terlalu ada perbedaan antara kudapan kalangan atas dengan kalangan bawah. Kualitas bahan bakunya saja yang berbeda, yang akhirnya akan menentukan harga dan kualitas.
"Misalnya keripik pisang. Jenisnya sama di semua kalangan, tetapi kualitas bahan pembuatnya yang berbeda. Mau dikemas seperti apapun, menggunakan bumbu apapun, dan dengan rasa seperti apapun, namanya kan, tetap keripik pisang," kata Pietra.
Hobi nonton televisi. Ternyata, karakteristik masyarakat kita yang suka nonton televisi bisa jadi kelebihan. Snack paling cocok dijadikan teman menonton televisi.
Kalau ada tontonan seru di televisi, bisa dipastikan orang-orang akan mencari kudapan sebagai teman menonton, apalagi jika ada tayangan pertandingan sepakbola. Tak lengkap tanpa snack.
Masyarakat Indonesia senang berkumpul dan membuat acara. Dimana ada orang berkumpul, di situ ada makanan. Tetapi kadang-kadang saat berkumpul, orang malas mengonsumsi makanan besar dan lebih memilih mengonsumsisnack. Sambil mengobrol, mulut mengunyah dan tahu-tahu snack sudah habis.
Untuk memulai bisnis snack, sebaiknya Anda memelajari strateginya. Ketahuilah siapa saja pemain dalam bisnis ini. Misalnya bisnis camilan kering. Menurut Pietra, yang berkecimpung di usaha ini biasanya adalah pemain lama yang sudah bertahun-tahun. Jaringan distribusi mereka kuat sekali.
"Anda harus tahu, adakah produk yang belum disalurkan pemain ini di wilayah Anda? Selama bisa lebih dahulu memasarkan suatu snack di suatu tempat, Anda bisa menang," ujar Pietra. Ia menambahkan, produk camilan kita bisa laku kalau harga dan rasa tidak jomplang dari yang dijual kebanyakan. Orang-orang akan memilih produk kita.
Kalau sudah ada orang yang memasarkan snack di sekitar tempat Anda, sebaiknya cari tempat penjualan lain. Tetapi jika memang belum ada pemain serupa di wilayah Anda, mulailah berjualan. Anda bisa memasarkannya di warung, kantin sekolah, kantin kantor, atau yang lainnya. Pilihan lainnya adalah mencari orang untuk menjadi reseller. Rumah hanya menjadi tempat penyimpanan snack.

Selasa, 19 April 2011

Siomay dan Batagor


Siomay & Batagor Bandung

Siomay & Batagor Bandung Rif-Q. Menyediakan Siomay & Batagor Bandung dg rasa ikan tenggiri ASLI. menerima Pesanan untuk Pernikahan,Perkantoran,Acara ULTAH dll.Hub Rini / 02192691476 / 08164804308 / 0214300860 
Siomay ASLI Bandung dibuat dari bahan ikan tenggiri pilihan.
Produk kami HALAL dan DIBUAT TANPA MEMAKAI BAHAN PENGAWET.
Melayani Pesanan JABODETABEK
Silahkan kunjungi outlet kami “ SIOMAY Q Noy Boga Rasa” di Carrefour Sunter Jakut,Alfamart Swasembada Jakut, Kampus JAYABAYA JAktim, Komp Perumahan DUTA HARAPAN Bekasi Utara,
Kami juga melayani pemesanan untuk pesta, arisan dll
Untuk pemesanan & info lebih lanjut hubungi :
Ibu Rini / 02192691476 / 08164804308 / 0214300860
0173eec4bf020f42   De7a411500f74628

Selasa, 12 April 2011

Bisnis Keluarga


Bisnis Keluarga, Banyak Kisah Sukses Bermula dari Garasi Mobil  
 
Jakarta - Menjalani bisnis keluarga dan sukses, kadang kala tak pernah terbayangkan oleh seseorang. Para pengusaha keluarga yang sukses itu memang tak pernah membayangkan usahanya akan menggurita karena mereka memulai bisnisnya dari skala yang sangat kecil.

Menurut pendiri dan pemilik PT Kalbe Farma Tbk Boenyamin Setiawan keberhasilannya merintis bisnis keluarga farmasi hingga menjadi perusahaan terbuka saat ini berawal dari banyak kebetulan.

Membangun Kalbe Farma yang saat ini sudah begitu besar diakuinya tidak mudah, namun semuanya berjalan mengalir begitu saja meski pada awalnya berjalan banyak dengan trial and error.

Ia mengaku sudah berapa kali gagal untuk membangun industri farmasi sepulangnya ia dari kuliah di AS dengan beasiswa. Mulai dari meniru produk Cap Elang menjadi Cap Beo, Obat Kina dan lain-lain semuanya gagal.

Ditengah rentetannya kegagalannya, ia berencana akan bekerja ke Belanda, namun urung ia lakukan karena dihadang oleh kakaknya yang seorang dokter. Dari sinilah nasibnya berubah, setelah melalui kenalan kakaknya yang mimiliki bengkel di Tanjung Priok ia mendapatkan lokasi calon pabrik yang merupakan sebuah garasi mobil.

"Itu perusahaan bekas garasi. Kalau mau memulai usaha dari garasi, ini dialami oleh pengusaha dunia lainnya, kenyataannya berhasil," jelasnya di acara seminar Bisnis Keluarga di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (11/11/2010).

Bisnis pertama Kalbe Farma, menurutnya diawali dengan membuat produk obat cacing. Dari keuntungan bisnis itu, ia putar lagi menjadi investasi dan seterusnya hingga besar seperti sekarang ini.

Ia menuturkan sebagai perusahaan keluarga, sejak dua tahun berdiri Kalbe Farma sudah menyusun falsafah bisnis perusahaan yang menjadi dasar bisnis Kalbe Farma. Profesionalisme menurutnya hal yang penting agar perusahaan keluarga tetap berjalan.

Yaitu pertama perusahaan harus tumbuh terus layaknya tumbuhan, pengembangan ilmu dan teknologi harus kuat, manajemen yang mengedepankan profesionalisme, dan mengedepankan kebersamaan diantara 5 saudaranya yang lain.

Cerita yang sama kurang lebih dialami oleh pendiri dan pemilik PT Mustika Ratu Tbk Mooryati Soedibyo yang mengaku tak pernah berpikir menjadi pengusaha kosmetik. Kisah suksesnya pun berawal dari sebuah garasi mobil rumahnya yang menjadi pabrik kecil-kecilan saat awal menjalani bisnis.

"Usaha berawal dari beras kencur, dimulai juga dari garasi," katanya.

Mooryati menuturkan menjalani bisnis keluarga diakuinya memiliki tantangan terutama pada saat adanya suksesi kepemimpinan kegenerasi berikutnya. Mustika Ratu sendiri sudah masuk tahap generasi kedua.

Dikatakannya dari perusahaan keluarga yang ada hanya 40% yang bisa bertahan, sementara yang bisa tumbuh menjadi besar dan multinasional hanya 5% saja.

"Human resource penting sekali dalam menjalani bisnis keluarga," katanya.

Menurutnya soal suksesi kepemimpinan tidak semuanya bisa dipukul rata, dalam beberapa kasus seperti Bosowa Group suksesi diambil oleh anak tertua Aksa Mahmud, sementara Garuda Food justru suksesi jatuh ke tangan anak yang ke-12, sementara pemilik Lippo James Riady merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara.

"Jadi anak pertama belum tentu mau," katanya.

Sementara itu pendiri dan pemilik Bosowa Group Aksa Mahmud mengatakan kisah awalnya membangun kerajaan bisnis Bosowa Group hanya dari niat untuk menciptakan hidup yang lebih baik.

Mengenai proses regenerasi di bisnis keluarga, biasanya akan terjadi masalah ketika mulai terjadi suksesi ke generasi kedua dan berikutnya karena adanya perbedaan cara pandang. Sehingga kata dia, cara yang paling tepat adalah membangun bisnis keluarga menjadi perusahaan publik dan porsi pembagian saham harus sama rata antara anggota keluarga.

"Dengan masuk ke pasar modal, interpensi keluarga bisa diatasi," jelas Aksa.

Ia juga mengatakan regenerasi bisa diambil dari anak maupun karyawan profesional. Meski ia lebih condong agar bisnis keluarga mengutamakan regenerasi pada anak si pemilik perusahaan keluarga tersebut.

"Bagaimana menyiapkan pengganti dari pada pendiri. Apakah mengambil dari keluarga dari anak atau karyawan. Kalau ada anak yang mampu itu yang terbaik," ucapnya.

Selasa, 22 Maret 2011

Biz Kebab

Selasa, 18/01/2011 10:30 WIB
Modal Rp 55 Juta, Miliki Bisnis Kebab Turki Ala Baba Rafi  
Ninik Setrawati - detikFinance 



Foto: Kebab Turki Baba Rafi
Jakarta - Berawal saat Hendy Setiono pergi ke Timur Tengah dan menemui banyak penjual makanan khas Turki, yaitu kebab, ia memperoleh ide untuk mengembangkan usaha Kebab Turki di Indonesia.

Usaha ini dimulai pada 2003 dengan membuka outlet pertamanya di Surabaya. Modal awal yang dikeluarkan oleh Hendy saat itu sebesar Rp 4 juta yang ia gunakan untuk membeli gerobak (counter) dan peralatan lainnya seperti kompor dan penggorengan. 

Kendala di awal usaha diakui oleh Hendy terletak pada sulitnya menjaga kualitas (standar) daging sapinya karena masih memproduksi sendiri.

Kini, bekerjasama dengan PT Belfoods Indonesia, Hendy tak perlu kuatir dengan produksi daging untuk kebab, karena sudah ditangani oleh ahlinya. Sebab PT Belfoods Indonesia telah memenuhi standar yang telah dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat-obatan dan makanan (BPOM) dan memiliki sertifikat MUI.

Untuk mendistribusikan daging yang telah diproduksi oleh PT Belfoods Indonesia, Hendy mendirikan sebuah warehouse yang ia bangun di kota-kota besar, seperti Surabaya, Malang, dan Semarang.

Melalui warehouse inilah kemudian daging yang dibutuhkan didistribusikan lagi ke outlet-outlet yang tersebar di sekitarnya. Pengiriman daging ini dilakukan seminggu dua kali atau tergantung kebutuhan.  

"Kita sekarang fokus ke penjualan, untuk produksi dagingnya yang higienis dan sehat saya serahkan pada ahlinya," ungkap Hendy di counter Kebab Turki di kawasan Tebet, Jakarta, Senin malam (18/1/2011).

Mengenai kebutuhan daging sapi, Hendy mengungkapkan dalam sehari ia bisa menghabiskan sebanyak 1 ton daging sapi atau setara dengan 7 ekor sapi. Dengan adanya target dibuka sebanyak 1.001 outlet di 2011 ini, maka diperkirakan akan mengahbiskan 3 ton daging sapi/hari.

Untuk menjalankan seluruh outlet Kebab Turki Baba Rafi, sudah terserap sebanyak 1.200 tenaga kerja. Bisa dibayangkan usaha ini sangat prospektif untuk dikembangkan dan membawa banyak manfaat untuk menambah lapangan pekerjaan. 

Menu andalan Kebab Turki Baba Rafi adalah kebab yang dijual dengan harga Rp 12.000. Selain itu juga ada menu hotdog seharga Rp 10.000, beef burger Rp 9.500, dan menu lainnya. 

Untuk mengembangkan usahanya, sejak 2005 usaha Kebab Turki Baba Rafi dikelola secara Waralaba (franchise). Hingga 2011 ini, sudah resmi dibuka sebanyak 650 outlet. Namun, untuk daftar tunggunya sudah mencapai angka 750 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Saya berharap hingga akhir 2011 ini sudah dibuka 1.001 outlet. Karena saya ingin mengenalkan kebab ke seluruh masyarakat Indonesia hingga ke wilayah kabupaten/kota. Selama ini kan makanan asing yang dikenal masyarakat hanya hotdog atau burger," imbuhnya.

Ternyata kesuksesan Kebab Turki Baba Rafi tidak hanya di Indonesia. Hendy telah menandatangani MoU dengan Filipina untuk membuka cabang di sana.

"Tahun 2011 ini realisasinya. Targetnya tahun ini bisa membuka 10 outlet dulu dan diharapkan bertambah setiap tahunnya," papar Hendy.

Usaha ini membuka peluang yang sangat luas. Jika Anda ingin mendulang kesuksesan yang sama, Kebab Turki Baba Rafi membuka kesempatan yang lebar.

Dengan modal awal Rp 55 juta, Anda akan mendapatkan 1 set lengkap yang terdiri dari counter dan peralatan lainnya (misal penggorengan dan alat pemanggang daging), karyawan yang sudah dilatih, dibantu mencari lokasi usaha, masa kerja selama 5 tahun, manual book (SOP), paket promosi (misal banner, neon box), dan lain-lain. Hendy mengungkapkan bahwa dalam jangka waktu 18 bulan sudah bisa balik modal.

"Omzet 1 outlet biasanya sekitar Rp 10-Rp 15 juta per bulan, bahkan ada yang mencapai Rp 60 juta, tergantung dari lokasi usahanya. Usaha ini sangat prospektif untuk dikembangkan karena semakin lama makanan kebab banyak dikenal masyarakat," pungkasnya. (nin/qom) 

Biz Jus

Senin, 17/01/2011 11:13 WIB
Manisnya Bisnis Sederhana Ala 'Orie Jus'  
Ninik Setrawati - detikFinance 



Foto: Ninik-detikFinance
Jakarta - Menjalankan usaha minuman dari buah atau jus jadi bisnis biasa. Namun jika dijalankan dengan sungguh-sungguh dengan kualitas yang terjaga, maka bisa digemari banyak orang. Cara inilah yang dijalankan Diana Farida lewat 'Orie Juice'.

Diana memulai usaha jus buah yang diberi nama 'Orie Juice' di 2002. Ide ini berawal ketika ia ingin menyajikan jus seenak yang dibuat oleh mama atau ibu di rumah. Oleh sebab itulah ia memilih usaha ini.

Modal awal yang dikeluarkan Farida bisa dibilang cukup murah, yaitu Rp 1.500.000. Modal itu ia gunakan untuk membeli etalase, blender, dan perangkat lainnya seperti buah, gelas, dan sedotan.

Jus buah yang ditawarkan oleh Diana ada 3 macam, yaitu jus 1 rasa buah, 2 rasa buah (jus poligami), dan 3 rasa buah (jus pelangi). Harga yang ditawarkan-pun cukup ringan di kantong.

Untuk jus 1 rasa, harganya dibanderol Rp 5.000, misalnya jambu, tomat, dan apel. Untuk jus 2 dan 3 rasa, pelanggan boleh memilihnya sendiri. Harga yang ditawarkan juga tak kalah ringan. Untuk jus poligami, harganya adalah Rp 8.000 sedangkan jus pelangi harga yang ditawarkan adalah Rp 10.000.

"Selama saya berjualan, prospek usaha ini sangat bagus karena banyak peminatnya. Apalagi jus buah kan sehat jadi banyak yang akhirnya berlangganan pada saya, misalnya pegawai di Nurul Fikri yang setiap hari memesan," ungkap wanita berusia 43 tahun ini ketika ditemui di tempatnya berjualan di kawasan Margonda, Depok, Sabtu (17/1/2011).

Disinggung mengenai usahanya yang kian laris tersebut, Diana mengatakan kunci suksesnya terletak pada rasa dan keramahan yang selalu ia berikan kepada pelanggan.

Diana menjamin jus yang ia jual komposisinya lebih banyak buah daripada airnya. Ia juga tidak menggunakan pemanis buatan serta menggunakan air galon Aqua asli, jadi rasanya benar-benar terjamin. Selain itu, buah yang dipakai juga bukan buah yang matang. Ia selalu memilih buah yang setengah matang karena rasanya lebih terjaga.

"Jangan menggunakan buah yang matang, rasanya pasti beda. Saya selalu menggunakan buah segar dan komposisi buahnya lebih banyak dibanding airnya. Takaran airnya hanya 1 cm untuk buah yang mengandung banyak air. Selain itu, cup-nya juga besar yang berukuran 16 cm. Jadi pelanggan puas minum jusnya," imbuhnya.

Selain karena komposisi buahnya lebih banyak, keunggulan lain yang ditawarkan oleh Orie Jus bila dibandingkan usaha sejenis di sekitarnya adalah jam buka Orie Juice hingga pukul 23.00 WIB. Jadi, bagi pelanggan yang pulang malam-pun bisa mampir untuk membeli jus.

"Biasanya kalau yang lain kan tutupnya jam 20.00 atau 21.00, saya tutupnya jam 23.00. Sampai jam 23.00 juga masih ada yang beli,” tambah Diana.

Lokasi usaha yang dipilih Diana berada di sekitar kampus UI Depok.

Ketika disinggung mengenai kendala usaha, apalagi jika lokasi usaha dekat dengan kampus yang sebagian besar pelanggannya adalah mahasiswa, Diana mengatakan ia tidak kuatir walaupun kampus sedang libur. Hal ini dikarenakan lokasi usaha yang dipilih Diana juga berada di pinggir jalan.

"Saya nggak kuatir kampus libur atau tidak karena pelanggan saya bukan hanya mahasiswa. Lokasi usaha saya kan di pinggir jalan, jadi siapapun bisa membeli," terang Diana.

Yang menjadi kendala utama Diana akhir-akhir ini adalah adanya iklim yang tidak menentu, yang lebih didominasi oleh hujan.

"Kalau musim hujan pembeli sepi. Karena musim hujan udaranya kan dingin, jadi pelanggan agak malas membeli minuman yang dingin," imbuhnya.

Kini, usaha jus buah yang didirikan Diana sejak 2002 berbuah manis. Puluhan pelanggan siap mengantre untuk dapat meneguk segarnya Orie Juice. Dalam satu hari, ketika sedang sepi saja Diana masih bisa memperoleh omzet sekitar Rp 200.000, sedangkan saat ramai, Rp 350.000 bisa ia kantongi setiap harinya.

Info Lebih Lanjut Hubungi:
Diana Farida
Jl. Margonda Raya, No. 521
Depok

Biz Bebek

Kamis, 03/02/2011 18:30 WIB
Sukses Berternak Bebek Ala 'Dewa Duwe Duck'  
Suhendra - detikFinance 



Dewa Gede Putra Darmada (Foto: Suhendra)
Jakarta - Anda ingin sukses terjun di bisnis peternakan bebek? Sukses yang direngkuh Dewa Gede Putra Darmada ini mungkin bisa menjadi salah satu inspirasi Anda. Semua orang pun sepertinya bisa melakukan karena modal sangat minim dan bisa mengantarkan anda menjadi peternak bebek yang sukses.

Adalah Dewa Gede Putra Darmada, pemuda kelahiran Gianyar, Bali 21 September 1984 yang memulai usaha berternak bebek (Bali) sejak tahun 2009 dan kini sudah berhasil menangguk sukses. Dewo panggilan akrab Dewa Gede, mengatakan, untuk sukses dibisnis ini tidak lah susah, yang penting kata dia seorang peternak harus senang lebih dahulu dengan bebek sehingga punya rasa memiliki terhadap bebek.

Sesuai dengan nama bendera usahanya Dewa Duwe Duck yang berarti Dewa Punya Bebek, Dewo berhasil menjadi penyuplai bebek potong di wilayah Gianyar Bali dan sekitarnya. Bisnis usahanya hanya dimulai dari modal Rp 50.000 saja.

"Sejak awal saya memang senang dengan bebek, saya selalu senang melihat bebek," kata Dewo kepada detikFinance beberapa waktu lalu.

Dewo yang memang punya keluarga usaha pemotong hewan, awalnya cuma iseng-iseng membeli 10 ekor bebek anakan seharga Rp 30.000, lalu ia juga membeli konsentrat seharga Rp 20.000 untuk pakannya.

Walhasil tak disangka, bebek peliharaannya tumbuh kembang dengan cepat, dalam tempo 2 bulan ia berhasil memanen hasil jerih payahnya seharga Rp 500.000. Semenjak itu lah, ia semakin bersemangat memutar uangnya, yang akhirnya membawanya menjadi penyuplai 1200 ekor bebek per bulan di wilayah Bali dengan omset puluhan juta per bulan.

"Margin dibisnis bebek itu sekali panen bisa berlipat-lipat," kata Dewo yang merupakan salah satu peserta wirausaha Mandiri itu.

Ia kini sudah memiliki 4 buah kandang dengan masing-masing ukuran 4x6 meter, dimana setiap kandang bisa menampung 500 ekor bebek. Setiap dua minggu sekali ia mendatangkan bibit dari Badung Bali, sehingga panen bebek ia bisa lakukan setiap seminggu sekali.

Untuk urusan kandang, Dewo punya tips bagi yang mau memulai usaha bebek, yaitu usahan disiapkan kolam kecil di areal kandang untuk keperluan bebek mandi setiap harinya.

Hal ini penting agar kondisi bebek bisa terus bersih dan tak berbau. Mengenai bau, Dewo juga punya tips jitu agar kandang bebeknya tak mengganggu tetangga sebelah.

Syaratnya setiap pemberian pakan pagi dan sore,  ia mencampurkan daun pepaya secukup agar kotoran bebek tak berbau. Daun pepaya juga berkhasiat membuat daging bebek akan lebih empuk jika dimasak, meskipun ia mengingatkan porsinya diberikan secukupnya karena daun pepaya memiliki rasa pahit yang tinggi.

Mengenai pakan bebek, selama ini ia hanya mengandalkan pakan bebek dari sisa makanan nasi restoran disekitarnya yang ia dapatkan cuma-cuma. Selain itu, yang terpenting harus ada campuran sayur yang bisa diperoleh dari sisa-sisa di pasar plus dicampur gedebong (pelepah) pisang yang dicacak yang sudah direbus.

"Berdasarkan pengalaman saya, bebek itu unggas yang tahan penyakit, dikasih makan apa saja mau. Tingkat kematiannya pun jauh dibawah 10%," katanya.

Untuk tetap menjaga kesehatan bebek terhadap penyakit yang sering menimpa bebek seperti flu, Dewo juga punya tips ampuh untuk mengobati bebek dari flu yaitu dengan memberikan campuran daun mengkudu dalam adonan pakan bebek.

"Berdasarkan hitungan saya biaya produksi untuk satu ekor bebek hingga panen termasuk karyawan hanya Rp 14.000," imbuhnya.

Ia juga menuturkan berternak bebek begitu menggiurkan, khususnya di Bali banyak masyarakat yang masih berternak bebek hanya sambilan yang hanya dijual ke pengumpul. Sementara konsep yang ia kembangkan adalah berternak bebek secara total dengan tidak melepas bebek namun dikandangkan dalam jumlah besar sehingga tingkat pertumbuhannya sangat cepat.

"Kalau saya langsung pasarkan ke konsumen seperti restoran, pecel lele, rumah makan, pendeta dan lain-lain," ujar Dewo.

Bahkan kata Dewo, jika dibandingkan berternak ayam, dari sisi harga, harga bebek cenderung tidak pernah turun dengan harga jual yang cukup bagus. Saat ini ia menjual bebeknya bervariatif, misalnya bebek dibawah 1 Kg dengan usia satu bulan khusus untuk pecel lele  dijual Rp 25.000-30.000 per ekor, umur 2 bulan dijual Rp 35.000, hingga paling besar dijual Rp 60.000 per ekor untuk usia 3 bulan keatas.

"Terus terang saja, saya sekarang kewalahan meladeni permintaan, di wilayah Ubud saja permintaan pasar 1000 ekor per hari. Saya baru bisa suplai 100,"kata pemuda lulusan S-1 Peternakan Kampus Marwa Dewa ini.

Lewat keuletan dan keseriusannya ini, ia kini menikmati bisnisnya yang terus berkembang. Setidaknya ia sudah mandiri membangun kandang senilai Rp 14 juta di pekarangan rumahnya, bahkan Dewo sudah memiliki kendaraan mobil pick up sendiri untuk menopang kegiatan usahanya.

Intinya kata dia berbisnis ternak tidak lah susah, jika ada kemauan pasti bisa sukses. Untuk urusan modal, ia telah membuktikan bahwa memulai bisnis tak melulu merogoh kocek tebal.

"Dengan pakan sampah, kita menghasilkan produksi yang tinggi. Berternak tak selamanya pakai dana besar," tutur pengusaha muda usaha Mandiri yang memiliki 6 karyawan ini.

Potensi pasar bebek menurutnya tidak hanya di Bali saja, dibanyak daerah termasuk di Jawa peluang ini selalu ada. Permintaan terhadap bebek khususnya untuk sajian restoran terus meningkat.

Khusus untuk di Bali, bebek selain digunakan untuk pangan di restoran, bebek sering dipakai untuk pengganti angsa sebagai keperluan ibadah para pendeta Hindu. Terutama bebek putih, yang melambangkan kesucian terkait dengan Dewa Brahma.

Bagaimana mau mencoba, ternak bebek ala Dewo?

Dewa Duwe Duck

Dewa Gede Putra Darmada

Jl. Ida Bagus Mantra 
Br. Pabean, Ketewel, Sukawati, Gianyar, Bali.

Biz Eceng Gondok

Kamis, 27/01/2011 10:28 WIB
Iseng Sulap Enceng Gondok, Jadi Bisnis Beromzet Jutaan Rupiah  
Ninik Setrawati - detikFinance 



Jakarta - Enceng gondok yang sering dianggap sebagai tanaman pengganggu bagi para petani, tidak demikian halnya bagi Rafi Hartono, pemilik Geni Art. Melalui keuletannya, enceng gondok tersebut disulap menjadi produk kreatif yang dapat mendatangkan pundi-pundi rupiah ke kantongnya. 

Usaha kreatif Geni Art dimulai oleh Rafi sejak 2004. Modal awal yang ia keluarkan bisa dibilang sangat kecil, yaitu Rp 45.000. Uang ini ia gunakan untuk membeli perlengkapan gambar, misal penggaris, cutter, dan pensil.

Ide cemerlang untuk memanfaatkan enceng gondok ia temukan secara tak sengaja. Saat itu ia beserta teman-temannya sedang bermain di rawa. Di rawa itulah ia menemukan enceng gondok untuk kemudian dibuat mainan mobil-mobilan sejenis bemo.

"Setelah jadi mobil-mobilan, kita letakkan mainan itu di pinggir jalan dengan harapan ada orang yang tertarik saat melihatnya. Waktu itu kita belum tahu harus ke mana memasarkan produk ini," ungkap Rafi kepada detikFinance pekan lalu dalam acara 'Wirausaha Bank Mandiri'.

Harapan Rafi dan temannya terkabul. Suatu ketika datang seseorang yang menawar mobil-mobilan tersebut. Beberapa waktu kemudian, ia didatangi oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Semarang dengan tujuan membantu pemasaran dan pemberian dana usaha.

Produk kreatif yang ditawarkan oleh Geni Art diantaranya adalah lokomotif kereta yang dijual dengan harga Rp 375 ribu, mobil bemo Rp 85 ribu, kotak tissue seharga Rp 35 ribu, dan tutup lampu Rp 60 ribu.

Dalam soal pemasaran, Rafi mengaku tidak mengalami kesulitan. Ia mengatakan membuat produk apa saja pasti akan laku, karena produk kreatif buatannya banyak diminati oleh pembeli. Justru yang menjadi kendala utama usahanya adalah terbatasnya SDM yang kreatif.

"Kalau SDM sebenarnya banyak, tapi yang kreatif itu yang sulit mencarinya," ungkapnya.

Kendala lain yang diungkapkan oleh Rafi adalah menciptakan model atau produk terbaru bagi usahanya. Selama ini ia menciptakan model terbaru melalui ide kreatifnya sendiri dengan melakukan berbagai percobaan atau melalui internet.

Mengenai modal, Rafi juga tidak kuatir, karena saat ini ada bank yang bisa memberikan modal bagi usaha kreatif miliknya. Bank yang disebut oleh Rafi adalah Bank Mandiri.

"Modal bisa dibilang tidak ada masalah. Untuk meminjam pun tidak terlalu sulit. Sekarang sudah ada bank yang percaya pada kerajinan enceng gondok yang ada di tempat kami, jadi agak mudah kalau mau meminjam," imbuhnya.

Mengenai suplai bahan baku yang biasanya dikeluhkan oleh para pengusaha, Rafi tidak mempersoalkan masalah tersebut. Bahan baku enceng gondok bisa ia peroleh dengan mudah, karena di tempat tinggalnya berdekatan dengan rawa yang memang banyak terdapat enceng gondok.

Jika dulu ia mencari sendiri enceng gondok tersebut, kini ia mengerahkan masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan eceng gondok itu. Biasanya ia membeli Rp 3.500/kg enceng gondok kering atau Rp 1.500/kg untuk enceng gondok basah.

Agar enceng gondok bisa dipakai, enceng gondok harus dalam kondisi kering. Jika ingin ecneng gondok yang berbentuk lembaran, maka pertama-tama kupas enceng gondok untuk dibuang isinya. Setelah itu baru kemudian dijemur.

Proses pengeringan biasanya memakan waktu selama 3 hari. Yang perlu diingat dalam proses pengeringan adalah jangan sampai enceng gondok bersentuhan dengan tanah karena akan menimbulkan jamur. Jika sudah demikian, maka enceng gondok tidak bisa dipakai lagi.

Isi enceng gondok ternyata juga tak kalah bermanfaat dibanding kulitnya. Isi enceng gondok yang telah dihancurkan kemudian dicampur dengan lem ternyata juga bisa bermanfaat untuk membuat produk kreatif.

Setelah berbentuk bubur dan dicampur dengan lem, cetak bubur tersebut sesuai keinginan. Salah satu produk Geni Art yang terbuat dari bubur isi enceng gondok adalah tutup kampu.

Dengan ide kreatif dan larisnya pembeli, dalam sebulan Rafi bisa memperoleh omzet sekitar Rp 8 juta/bulan. Pengeluaran yang dikeluarkan untuk usaha ini-pun tidak terlalu besar. Untuk memenuhi permintaan konsumen, dalam sebulan Rafi bisa menghabiskan 150 kg enceng gondok, 10 kaleng lem (30 kg/kaleng), dan 50 kertas daur ulang.

Rafi berharap agar usaha kreatif enceng gondok semakin berkembang dan diharapkan dapat mengurangi jumlah pengangguran. Kini, Rafi telah memiliki showroom sendiri di rumahnya. Ia berharap kelak showroom tersebut bisa digunakan sebagai tempat untuk mengumpulkan berbagai hasil kerajinan kretaif di tempatnya.

"Saya ingin agar desa saya menjadi sentra kerajinan enceng gondok dan bisa dikenal hingga ke luar negeri," pungkasnya.

Jika Anda mempunyai ide kreatif, munculkan ide Anda dalam bentuk sebuah produk. Jika sudah demikian, maka Anda akan mendulang kesuksesan yang sama seperti Rafi Hartono, pemilik Geni Art.

Info lebih lanjut hubungi:
Rafi Hartono
Sidosari, Rt 12/02 Kuwarasan
Kec. Jambu Kab. Semarang, Jawa Tengah
Email: geni_artcollections@yahoo.co.id